Jumat, 23 Mei 2014

Saya Kehilangan Selera

Sudah hampir setahun saya meninggalkan kehidupan putih-abu, dan dalam rentang hampir setahun itu, saya merasa bahwa kehidupan itu benar-benar saya tinggalkan dan kenangan pada waktu-waktu itu tinggal jadi potret yang hanya bisa saya ingat dengan miris; bahwa saya tidak akan pernah kembali kepada waktu-waktu tersebut dan terlalu banyak syarat yang harus dipenuhi untuk membuat keadaan hari ini menjadi ulangan dari sejarah tersebut.

Sore tadi saya baru ngobrol dengan sahabat saya di SMA, Alvin Noviansyah, lewat media layanan chat online tertunya karena kini kami tinggal di kota yang berbeda. Terlepas dari pembahasan sentimentil tentang wanita dan cinta, Alvin menunjukkan sebuah foto pada saya, foto dekoran. Dekoran monumental berbentuk kristal dengan cahaya biru yang terpendar, dekorasi itu dibuat dalam rangka menghias malam keakraban bagi mahasiswa SAPPK ITB 2013. Sangat baik untuk ukuran dekorasi skala acara internal, belum lagi hanya Alvin sendirian yang berpengalaman dan punya skill khusus untuk membuatnya dalam tim dekor. Jujur, saya merasa iri kepada sahabat saya tersebut, ia masih bisa membuat karya sebaik itu. Sementara saya disini merasa kering dan merasa kehabisan selera dalam berkarya. Walaupun pada pembicaraan itu Alvin pun bilang, bahwa ia pun merasakan suatu keterbatasan dalam berkarya kini.

Dekoran Alvin
Memang, bukan berarti di tempat saya kini tidak ada namanya kegiatan seni, kegiatan organisasi, atau kegiatan diskusi yang dulu saya dan Alvin sama sama hidupi. Kegiatan-kegiatan tersebut ada, namun tidak pernah terasa begitu menarik daripada kegiatan-kegiatan yang dulu pernah kami lakukan. Sederhananya, seolah aneh rasanya ketika mengetahui bahwa kami tidak bisa mewujudkan mimpi yang lebih besar daripada mimpi-mimpi yang dulu telah kami wujudkan. Bukan hanya dekoran, apa pun yang sifatnya karya besar seperti acara bazaar, promosi ekskul (mungkin kini namanya komunitas), kaderisasi, intinya suatu program kerja . Ada sesuatu yang hilang dalam yang namanya membuat karya-karya yang membanggakan, ada yang salah dengan yang namanya berorganisasi atau berhimpun atau membentuk kepanitiaan atau apapun itu, yang intinya berkumpul dan memiliki satu tujuan; dan sebagai istilah untuk menyebutnya sebut sajalah itu berorganisasi, karena sepolos-polosnya komunitas atau kepanitiaan dari aturan-aturan formal, ia tetap memiliki sistem pengorganisasian.

Saya bilang pada Alvin bahwa masalahnya adalah minim pikiran kreatif, sehingga setiap karya dari suatu kegiatan berorganisasi seolah itu-itu saja dan membosankan. Tapi dia memberikan pandangan lain, katanya, masalah ada pada orientasi individu-individu dalam berorganisasi, yang ia bilang sebagai "Orientasi Kehidupan Modern", dimana berorganisasi adalah untuk sekedar mencari pengalaman dan mengisi baris-baris kosong pada curriculum vitae (CV) bukan untuk berorganisasi itu sendiri; menghimpun individu kedalam suatu tujuan yang akhirnya menghasilkan suatu karya atau dampak-dampak dari tujuan tersebut. Sehingga mutu dari karya suatu kegiatan organisasi tidak terlalu penting bagi individu, yang lebih penting adalah individu mendapatkan nilai pengalaman dan nilai praktis berupa isian CV yang sah. Yang dibuat adalah bukan karya, melainkan sebuah rencana-rencana semata atau yang saya tafsirkan tentang rencana  maksudnya adalah step by step proyeksi program kerja, tanpa ada nyawa berupa hasrat berkarya pada program kerja tersebut. Saya setuju, tapi menanggapi kembali bahwa yang dibuat oleh kegiatan organisasi dalam orientasi tersebut juga tidak dapat selalu dipandang sebagai pembuatan rencana, karena biasanya rencana sudah tersedia sebagai prosedur turun-temurun, namun yang membedakan adalah cara pembungkusan rencana tersebut. Dan saya juga memandang, pergeseran orientasi berorganisasi ini memberikan dampak kepada pemahaman individu terhadap sistem kerja suatu organisasi, misalnya seperti penggunaan AD/ART dalam menentukan kebijakan, penggunaan struktur dalam sistem komando dan koordinasi, juga Hak, Wewenang, dan Kewajiban yang tidak menentu ketetapannya sehingga perilaku anggota organisasi seolah kurang teratur.

Saya kini memang tidak terikat pada organisasi manapun, tapi saya pernah mengalami suatu kegiatan berorganisasi disini atau mendengar pengalaman kawan-kawan saya yang ikut dalam suatu organisasi, dan saya menemukan kasus-kasus yang akar masalahya kembali pada yang dikatakan Alvin: Orientasi. Malah mungkin, kegiatan itu tanpa Orientasi sama sekali

Yang pasti, saya memang merasa kehilangan selera sekarang, dengan tidak menemukan ketertarikan dalam mengikuti kegiatan apa pun yang berbasis kerjasama. Dengan alasan, ketika melihat penyusunan acara dan organisasi tersebut, yang saya lihat hanya nilai-nilai kosong tanpa hasrat mencapai nilai-nilai tersebut.

Suatu karya yang baik, datang dari kerja yang baik, kerja yang baik datang dari pengorganisasian yang baik, pengorganisasian yang baik datang dari perancangan rencana dan dasar-dasar filosofis yang baik.

Apa itu baik? Mampu memberikan jawaban lurus dalam setiap pertanggungjawaban atas karya tersebut.

1 komentar: